JT.COM – Rangkaian kasus kriminal di Pasar Angso Duo Jambi menimbulkan keresahan pedagang. Aksi premanisme berupa penikaman, perampokan, hingga pencurian berulang kali terjadi, bahkan memakan korban jiwa. Para pedagang kini mendesak pemerintah dan kepolisian mendirikan pos polisi di area pasar.
Dalam kurun setahun terakhir, tercatat satu pedagang tewas, satu orang mengalami luka berat, serta dua lainnya harus menjalani operasi akibat tikaman preman.
Kasus terbaru berlangsung Senin (8/9/2025) sekitar pukul 04.00 WIB. Dua pedagang cabai terluka saat mencoba menggagalkan perampokan. Pelaku berhasil melarikan diri usai kejadian.
“Benar, korban sudah membuat laporan polisi,” ujar Kapolsek Telanaipura, AKP Reza Fahlevi.
Peristiwa serupa sebelumnya menimpa Sahrul Nurdinsyah, pedagang telur ayam, pada 14 Desember 2024. Ia ditikam saat hendak menyetorkan uang Rp31 juta ke bank. Kasus lain terjadi 1 Mei 2025, ketika seorang pedagang pempek terlibat perkelahian dengan preman hingga menewaskan pelaku.
Selain kekerasan fisik, pencurian dagangan juga kerap menghantui pedagang. Mereka mengaku sebagian besar pelaku dikenal sebagai warga sekitar pasar, namun pedagang memilih diam lantaran takut.
“Kalau subuh paling rawan. Modal pedagang yang dibawa sering jadi incaran,” tutur seorang penjual ayam.
Ruli, pedagang bumbu, mengaku tokonya sudah berulang kali dibobol. “Sudah sering kejadian, tidak cuma sekali,” katanya.
Pedagang berharap keberadaan pos polisi bisa segera direalisasikan. “Dulu di pasar lama ada pos polisi, jadi lebih aman. Kami sangat butuh pos polisi di sini,” kata seorang pedagang lain.
Kepala Pasar Angso Duo, Purnomo Sidi, membenarkan maraknya aksi premanisme di pasar. Menurutnya, salah satu celah yang dimanfaatkan pelaku adalah akses dari jembatan penghubung ke permukiman sekitar.
“Kami sudah berencana berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Pos polisi memang sangat dibutuhkan, terutama di area jembatan itu,” jelas Purnomo, Selasa (9/9/2025).
Saat ini, tercatat sekitar 1.200 pedagang beraktivitas di Pasar Angso Duo. Namun, jumlah personel keamanan internal hanya 15 orang. Kondisi tersebut dinilai tidak sebanding dengan jumlah pengunjung yang mencapai lebih dari 2.000 orang setiap hari. (Nhr)
Discussion about this post